Sejarah Lahirnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian Tindakan Kelas yang disingkat dengan PTK dan juga dikenal dengan Classroom Action Research yang disingkat dengan CAR. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. Tokoh penelitian tindakan kelas yang juga aktor sosial (Levin, 1952) adalah Stephen M. Corey (1949, 1952, 1953). Ia mempelopori pemanfaatan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan mengalami kemunduruan selama kurang lebih dua puluh tahun sejak Hodgkinson (1957) mengadvokasinya.
Pada akhir tahun 1970 dan awal 1980, di Amerika Serikat muncul keinginan mewujudkan kolaborasi, dengan demikian mampu mengembangkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Pada tahun 1980 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Indonesia ditandai dengan adanya Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G). Proyek tersebut berhasil merumuskan persyaratan kemampuan bagi guru. Kemampuan yang dimaksud dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu kemampuan profesional, kemampuan pribadio, kemampuan kependidikan (pedagogik) dan kemampuan sosial.
Kemmis (1982) bahkan menegaskan bahwa Theory and action might develop together form application of the scientific approach. Pada tahun 1983, Gideonse mengemukakan perlu dilakukan restorasi terhadap pendekatan peneltian tindakan sehingga penelitian itu merupakan suatu investigasi terkendali terhadap berbagi fase pendidikan dan pembelajaran dengan cara refleksif dan sistematis. Selain itu dukungan kolaborasi semakin meluas (Schon, 1983: Prunty dan Hively 1982) upaya kolaborasi ini dikenal sebagai suatu penelitian tindakan (action research).
Ilmu Sosial Kurt Levin (dalam McTaggart, 1993) memahami hubungan antara teori dan praktik sebagai aplikasi dari hasil penelitian. Menurut Levin kekuatan dari penelitian tindakan terletak pada fokus penelitian, yaitu masalah-masalah sosial spesifik. Bahkan McNff (1992:1) dalam bukunya yang berjudul Action Research: Principles and Practice memandang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, perbaikan pembelajaran, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan lain-lain.
Baca Juga:
Saat ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedang berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Canada, Inggris dan lain-lain. Indonesia dalam hal ini juga tidak mau kalah, dimana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Indoensia saat ini juga mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru salah satunya dengan harus melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal inilah yang membuktikan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Indonesia sudah sangat populer, walaupun saat ini parah ahli masi pro dan kontra dengan keilmiahan dari penelitian tersebut.
Sumber: Jakni. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
Comments
Post a Comment